Pedoman Tangerang
– Sosial media kembali heboh akibat munculnya unggahan kontroversial memperlihatkan simbol atau bendera pelangi, yang menjadi lambang untuk mendukung komunitas LGBT, dipajang di sekitar area Ka’bah, tempat tersuci dalam agama Islam.
Cuplikan gambar dan video yang beredar luas di platform seperti X, TikTok, dan Instagram ini langsung memicu gelombang kemarahan, kebingungan, hingga perdebatan panjang.
Akan tetapi, timbul sebuah pertanyaan penting: Bisakah isi itu benar-benar otentik atau justru hasil dari manipulasi teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI)?
Isu itu awalnya muncul di akun Pixel Helper yang ada di platform X lalu segera tersebar luas di beragam jejaring sosial. Tak butuh waktu lama, topik tersebut menjelma tren populer.
Reaksi publik, khususnya dari masyarakat Muslim, sangat keras. Banyak yang menganggap video tersebut sebagai bentuk penghinaan terhadap Islam dan meminta pihak berwenang Arab Saudi untuk memberikan klarifikasi.
Para ahli forensik digital dan analis media mengindikasikan adanya bukti yang menunjukkan konten itu mungkin telah dimanipulasi dengan teknologi canggih, diperkirakan melalui bantuan kecerdasan buatan (AI).
Ahmad Syaifuddin, yang merupakan ahli analisis digital dari Universitas Indonesia, menyatakan:
Setelah menganalisis setiap frame secara detail, ditemukan ada ketidaksinkronan antara penerangan dan pola permukaan bendera dibandingkan bagian lain dalam videonya. Hal ini sering kali menjadi tanda bahwa materi tersebut diproduksi menggunakan teknologi kecerdasan buatan pembuat konten atau melalui pengeditan pakai software deepfake.
Pihak berwenang di Arab Saudi yang mewakili Kementerian Informasi dengan tegas mengingkari keotentikan video itu. Mereka mendeskripsikannya sebagai tuduhan palsu dan upaya provokasi daring. Selain itu, mereka memastikan bahwa zona sekitar Masjidil Haram dilindungi dengan pengawasan intensif sehingga tak akan ada peristiwa semacam itu bisa terjadi tanpa diketahui.
“Video tersebut adalah buatan palsu yang bertujuan mendorong kerusuhan. Kami sudah memulai investigasi dan berkolaborasi dengan Interpol guna menemukan sumber awal penyebarannya,” kata perwakilan dari Kementerian.
Peristiwa tersebut kembali mengungkapkan efek merusak akibat penerapan tidak tepat dari teknologi kecerdasan buatan, terlebih saat digunakan untuk membuat materi yang bisa menyebabkan perpecahan di antara masyarakat serta melukai iman seseorang.
Beberapa kelompok meminta adanya peraturan yang lebih keras mengenai sebaran materi buatan kecerdasan buatan, bersama dengan pemahaman teknologi digital yang lebih baik bagi publik untuk menghindari manipulasi dari berita bohong.
Isi yang menggambarkan simbol-simbol LGBTQI+ di sekitar Ka’abah kemungkinan besar adalah produk dari pengeditan digital dengan menggunakan kecerdasan buatan. Walaupun teknologi memiliki potensi untuk memberikan banyak manfaat, pemakaian tidak tepat seperti pada jenis materi provokatif tersebut bisa menyebabkan efek sosial yang signifikan dan merugikan.
Pemukim diminta agar tidak serta-merta mempercayai semua materi yang sedang tren, dan senantiasa mengonfirmasi kebenaran datanya terlebih dahulu sebelum menyebarluaskannya.
Pada masa kini, kehati-hatian dalam ranah digital merupakan langkah pertama kita untuk melindungi diri dari berita bohong dan informasi salah yang semakin rumit. ***