GEREJA
Katolik telah menunjuk Paus baru pada tanggal 8 Mei 2025 lewat proses konklaf di Kapel Sistina, Vatikan. Selepas serangkaian voting dalam konklaf tersebut, Kardinal Robert Francis Prevost akhirnya dipilih jadi Paus Leo XIV, menyandang tongkat kepemimpinan setelah meninggalnya Paus Fransiskus pada 21 April lalu. Walau ia adalah Paus pertama dari Amerika Serikat, sebelumnya dia sudah banyak tahun membimbing Gereja Katolik di Peru.
Sebelum konklaf dimulai, Kardinal Robert Francis Prevost memilih metode yang tidak biasa untuk lebih memahami mekanisme pemilihan Paus yakni dengan menonton film berjudul Conclave (2024). Film tersebut menjelaskan persaingan politik serta kegiatan tersembunyi dalam prosesi penunjukan seorang Paus; adaptasi dari buku karangan Robert Harris dan digarap oleh sutradara Edward Berger. Menghadirkan aktor seperti Ralph Fiennes pada perannya, film ini mendapat apresiasi atas kemampuan menciptakan suasana misterius dan teguh selama masa konklaf.
Bukan cuma bikinan kartel gereja saja, bahkan film Conclave pun memukau hati kaum milenial, lebih spesifik lagi Generasi Z. Plot yang sarat akan tipuan serta teka-teki di balik cerita itu menjadikan produksi ini sangat sesuai untuk kelompok usia muda yang penasaran sama pertandingan kuasa pada bidang agama. Saat acara konklaf asli sedang jalan, jagat maya ramai dibahasinya tentang film tersebut termasuk bermacam meme lucu seputarnya, hal ini mencirikan bahwa kesusastraan bisa membawa topik-topik luhur menjadi dekat dengan orang-orang zaman now.
Pada pidato pertamanya sebagai Paus, Leo XIV menunjukkan penghargaan terhadap Paus Fransiskus yang meninggal dunia pada April 2025. Menggunakan campuran bahasa Italia dan Spanyol, dia menyatakan beban tanggung jawabnya dalam memimpin Gereja Katolik. Karena memiliki latar belakang dalam pelayanan pastoral dan advokasi untuk keadilan sosial, diharapkan bahwa Paus Leo XIV akan mampu membawa perubahan yang positif.
Pemilihan Paus Leo XIV tidak hanya menambah catatan sejarah baru untuk Gereja Katolik, tapi juga membuktikan bahwa tradisi lama bisa hidup berdampingan dengan budaya populer masa kini. Film Conclave mendemonstrasikan bahwa cara berkreasi secara inovatif dapat membangkitkan minat dalam ritual agama yang sarat akan arti. (ovi)