Ketika Donald Trump menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat dari 2017 hingga 2021, dia dikenal sebagai pemimpin yang penuh kontroversi. Dengan gaya kepemimpinan yang berbeda dari pendahulunya, Trump sering membuat keputusan yang tidak hanya mengguncang politik dalam negeri, tetapi juga berdampak besar di panggung internasional. Artikel ini akan membahas kebijakan-kebijakan Trump yang paling kontroversial, yang memengaruhi jutaan orang dan menciptakan perdebatan sengit di seluruh dunia.
1. Larangan Perjalanan (Travel Ban): “Muslim Ban” yang Memicu Gelombang Protes
Pada hari-hari awal kepresidenannya, Trump menandatangani Executive Order 13769, yang melarang warga dari tujuh negara mayoritas Muslim memasuki AS. Kebijakan ini langsung memicu protes besar-besaran di bandara dan media sosial, dengan banyak pihak menyebutnya sebagai diskriminasi terhadap agama tertentu.
Namun, pendukung kebijakan ini berpendapat bahwa langkah tersebut diperlukan untuk melindungi keamanan nasional. Terlepas dari niatnya, kebijakan ini tetap menjadi salah satu langkah paling kontroversial yang diambil Trump selama masa jabatannya.
2. Pemutusan Hubungan dengan Kesepakatan Paris: Langkah Mundur bagi Lingkungan
Pada 2017, Trump mengumumkan bahwa AS akan keluar dari Kesepakatan Paris, sebuah langkah global untuk memerangi perubahan iklim. Alasannya? Trump menganggap kesepakatan ini merugikan ekonomi AS dan menghambat pertumbuhan industri dalam negeri.
Namun, banyak pihak mengkritik keputusan ini, menyebutnya sebagai pengkhianatan terhadap planet bumi. Aktivis lingkungan seperti Greta Thunberg mengecam langkah ini sebagai langkah mundur dalam menghadapi krisis iklim.
3. Pemisahan Keluarga di Perbatasan: Kebijakan Tidak Manusiawi?
Dalam upaya untuk menekan imigrasi ilegal, pemerintahan Trump menerapkan kebijakan “zero tolerance” di perbatasan AS-Meksiko. Ini mengakibatkan ribuan anak dipisahkan dari orang tua mereka yang mencoba memasuki AS secara ilegal.
Gambar anak-anak yang ditahan di fasilitas perbatasan memicu kemarahan global. Kritik datang dari kelompok hak asasi manusia dan bahkan dari beberapa anggota Partai Republik sendiri. Meskipun Trump kemudian menghentikan kebijakan ini, dampak emosional dan politiknya terus terasa hingga kini.
4. Pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel: Meningkatkan Ketegangan di Timur Tengah
Keputusan Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 2017 dianggap sebagai langkah berani, tetapi juga kontroversial. Langkah ini disambut baik oleh Israel, tetapi dikecam oleh Palestina dan banyak negara lain.
Langkah ini dianggap oleh banyak pihak sebagai penghalang bagi proses perdamaian Israel-Palestina. Bahkan, beberapa negara Uni Eropa mengecam keputusan ini sebagai langkah sepihak yang dapat memperburuk konflik di wilayah tersebut.
5. Penarikan dari Kesepakatan Nuklir Iran: Risiko Ketegangan Baru
Pada 2018, Trump menarik AS dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) atau kesepakatan nuklir Iran, yang sebelumnya ditandatangani oleh Barack Obama bersama negara-negara besar lainnya. Trump menganggap kesepakatan itu lemah dan tidak efektif dalam mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.
Langkah ini meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan memicu kekhawatiran tentang potensi konflik militer. Banyak negara Eropa tetap berkomitmen pada kesepakatan tersebut, tetapi kebijakan Trump memperburuk hubungan AS dengan Iran.
6. Perang Dagang dengan China: Siapa yang Sebenarnya Rugi?
Trump memulai perang dagang dengan China, memberlakukan tarif tinggi pada barang-barang impor sebagai upaya untuk melindungi industri Amerika dan mengurangi defisit perdagangan. Meskipun langkah ini mendapat dukungan dari sebagian kalangan, banyak yang menganggap kebijakan tersebut justru merugikan konsumen AS karena harga barang menjadi lebih mahal.
Selain itu, perang dagang ini mengguncang pasar global dan menciptakan ketegangan ekonomi yang memengaruhi banyak negara.
7. Kebijakan DACA: “Dreamers” dalam Ketidakpastian
Trump mencoba mencabut perlindungan yang diberikan oleh Deferred Action for Childhood Arrivals (DACA), sebuah program yang melindungi anak-anak imigran yang masuk secara ilegal ke AS dari deportasi. Langkah ini mengancam nasib sekitar 800.000 orang yang dikenal sebagai “Dreamers.”
Kritik datang dari banyak pihak, termasuk para aktivis hak asasi manusia, yang menyebut langkah ini sebagai tindakan tidak manusiawi. Untungnya, kebijakan ini akhirnya diblokir oleh pengadilan.
8. Penanganan Pandemi COVID-19: Keputusan yang Dipertanyakan
Pandemi COVID-19 menjadi tantangan besar bagi pemerintahan Trump. Penanganannya mendapat kritik tajam, mulai dari pernyataan Trump yang sering mengecilkan bahaya virus hingga kurangnya langkah konkret untuk mempercepat pengujian dan distribusi alat pelindung diri.
Banyak yang merasa bahwa penanganan yang lambat dan inkonsisten ini memperburuk krisis kesehatan di AS, menjadikannya negara dengan angka kematian tertinggi akibat COVID-19 selama masa awal pandemi.
9. Pandangan terhadap Protes Black Lives Matter: Memecah Opini Publik
Setelah kematian George Floyd pada 2020, gelombang protes Black Lives Matter melanda AS. Alih-alih mendukung reformasi, Trump sering berbicara keras terhadap para demonstran, menyebut mereka sebagai “anarkis” dan mendukung tindakan represif oleh aparat.
Kebijakan dan retorika Trump dianggap memperburuk ketegangan rasial di AS. Bagi banyak orang, pendekatan ini menunjukkan kurangnya empati terhadap isu-isu kesetaraan sosial.
10. Reformasi Pajak: Keuntungan untuk Siapa?
Tax Cuts and Jobs Act yang ditandatangani oleh Trump pada 2017 mengurangi pajak bagi korporasi dan individu. Meskipun dianggap mendukung pertumbuhan ekonomi, kebijakan ini juga mendapat kritik karena dianggap lebih menguntungkan orang kaya dan perusahaan besar daripada kelas pekerja.
Kesimpulan: Pemimpin yang Memecah Belah Opini
Donald Trump adalah sosok yang kontroversial, dengan kebijakan-kebijakan yang memengaruhi jutaan orang. Pendukungnya melihatnya sebagai pemimpin berani yang tidak takut mengambil keputusan sulit, sementara para pengkritiknya menilai bahwa banyak kebijakannya terlalu ekstrem dan sering kali tidak manusiawi. Apa pun pandangan Anda, satu hal yang pasti: era Trump meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam sejarah Amerika dan dunia.