, JAKARTA — Asosiasi Industri Baja Indonesia (IISIA) bekerja sama dengan negara-negara ASEAN guna memperkokoh jaringan suplai baja di kawasan tersebut.
baja
Di sela rintangan dagang akibat pemberlakuan tariff balasan dari Amerika Serikat (AS).
Perlu dicatat bahwa Indonesia akan terkena beban tambahan biaya sebesar 32% atas semua produk yang diekspor ke Amerika Serikat. Di sisi lain, pada tanggal 12 Maret 2025, Amerika Serikat pun sudah menerapkan tarif sebesar 25% bagi impor besi, baja, dan aluminium dari beberapa negara.
Chairman
IISIA
Akbar Djohan menyebutkan bahwa timnya yakin dengan penggabungan kekuatan rantai pasok besi dan baja di kawasan ASEAN akan memberikan posisi tawar yang lebih kuat dalam menangkal ancaman perang tarif dari Amerika Serikat.
“Dengan
landscape global supply chain
bergeser, pastinya kekuatan secara regional harus kita tingkatkan,” ujar Akbar saat istirahat dari acara Iron-Steel Summit & Exhibition Indonesia 2025 di Jakarta, Rabu (21/5/2025).
Lebih dari itu, negara-negara ASEAN menghasilkan beragam produk utama, misalnya nikel.
stainless steel,
Dan sebagainya. Indonesia secara keseluruhan menghasilkan 390 juta ton pirometalurgi serta 119 juta ton hidrometalurgi.
Akbar menjelaskan bahwa selain dalam bidang perdagangan, negara-negara ASEAN juga berencana untuk menguatkan ekosistem industri besi dan baja di wilayah tersebut.
Maknanya, sesudah kita memperkuat domestication, dan telah terbentuknya pengelolaan ekosistem baja nasional yang tangguh,
sustain
“, kami akan memperkuat posisi ini dengan berkolaborasi bersama teman-teman dari sektor baja di negara-negara ASEAN,” katanya.
Dengan kekuatan ASEAN, menurut Akbar, perundingan dengan Amerika Serikat pun akan semakin dianggap penting. Selain itu, guna mencegah efek dari bea yang ditetapkan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap sektor besi dan baja, pihak berwenang menyatakan bahwa mereka akan menggelar rapat.
high level meeting
Asean di Malaysia.
“Seluruh
stakeholder
Regulador ASEAN dapat menyamai usaha sektornya dalam mencapai keseragaman kebijakan dan memastikan bahwa aturan tersebut mendukung terutama bagi industri besi dan baja, demikian penjelasannya.
Ketua Institut Baja dan Besi ASEAN, Dato Lim Hong Thye, menyebut bahwa negara-negara ASEAN perlu waspada terhadap surplus suplai yang sedang berlangsung di China.
Menurut rekornya, Cina sudah mengekspor baja senilai 110 juta ton metric pada tahun 2024. Dari jumlah tersebut, sekitar 33 juta ton metric dipasokkan ke ASEAN.